PERBANYAKAN
GENERATIF
(Laporan Praktikum Perbanyakan Tanaman)
Oleh
HANISA DESY
ARIANI
(E1A209007)
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan
menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari)
dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan
bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan
manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang
tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara
generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu,
sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu,
tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di
lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan
produksi buahnya.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari
perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering
menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan
biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak
tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan
lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang
sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk
sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari
pohon induk jantan dan betina (Ashari,
1995).
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan
dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi
ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern.
Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan
silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut Faktor geografik
sebagai faktor loaf (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas
vulkan, dan kerak bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di muka bumi ini
dapat digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau sepanjang tahun,
berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau sepanjang tahun,
rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan jarum hijau
sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran tumbuhan
berdaun lebar hijau sepanjang tahun dan masa gugur daun (Basri, 1998).
Flora di Indonesia sangatlah banyak. Hal ini pasti
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut.
Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan,
iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain. Berikut ini adalah
pembagian wilayah persebaran flora di Indonesia.
Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan
dengan Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia,
sehingga disebut sebagai flora asiatis. Flora Indonesia bagian barat
terdiri dari :
1.
Hutan hujan tropik yang ditandai oleh rimba belantara
dengan tumbuhan yang beraneka ragam. Hutan hujan tropik yang masih lengkap
memiliki ciri – ciri berdaun lebar, pohon tinggi besar, belukar – belukar
tropik, serta cendawan. Wilayah ini terdapat di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
2.
Hutan musim yang merupakan daerah yang ditumbuhi flora
yang menggugurkan daunnya di musim kemarau. Wilayah ini terdapat di wilayah
utara Jawa.
3.
Hutan bakau yang merupakan daerah yang terdiri dari
flora khas pantai, seperti rumbia, nipah dan bakau.
4.
Sabana tropik yang merupakan padang rumput yang
diselingi pohon tegakan tinggi. Sabana tropik ini dapat ditemui di Gayo,
wilayah timur Jawa Timur, dan Bali.
Wilayah
ini memiliki berbagai jenis vegetasi, antara lain :
1.
Sabana tropik yang berada di Nusa Tenggara Barat.
2.
Steppa yang merupakan padang rumput yang diselingi
pohon tegakan tinggi. Steppa banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur.
3.
Hutan bakau yang terdiri dari nipah dan bakau.
4.
Hutan pegunungan yang terdiri dari cemara dan pinus.
Wilayah ini memiliki berbagai flora yang disebut sebagai flora
Asustralis, karena kesamaan flora antara wilayah Indonesia bagian timur
dengan Australia. Kesamaan tersebut karena daratan ini pernah bersatu dengan
daratan Australia. Flora bagian timur ini banyak terdapat di Papua. Jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropik, hutan pegunungan dan lain – lain
(Syafe’i, E. S, 1990).
Persebaran flora di Indonesia terbentuk karena adanya
peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa
pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es
secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal
ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh
air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.
Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk
pada masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di
daerah Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan
Sahul. Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan flora
yang semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan
kondisi geologis.
Jenis tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia
meliputi hutan tropis, hutan musim, hutan pegunungan, hutan bakau dan
sabana tropis. Persebaran flora di wilayah Indonesia
itu sendiri terbagi ke dalam 4 kelompok besar wilayah flora Indonesia,
yaitu :
1.
Wilayah Flora Sumatra-Kalimantan
Tersebar di pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau
kecil di sekitarnya (Nias, Enggano, Bangka, Belitung, Kep. Riau, Natuna, Batam,
Buton dll). Contoh flora khas yang tumbuh adalah Bunga Bangkai (Raflesia
Arnoldi).
2.
Wilayah Flora Jawa-bali
Tersebar di pulau Jawa, Madura, Bali dan kepulauan-kepulauan
kecil disekitarnya (Kepulauan Seribu, Kep. Karimunjawa). Contoh flora khas yang
tumbuh adalah pohon Burohal (Kepel).
3.
Wilayah Flora Kepulauan Wallacea
Tersebar di pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Maluku dan Nusa
Tenggara. Contoh flora yang tumbuh adalah pohon Sagu.
4.
Wilayah Flora Papua
Meliputi
wilayah pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Contoh Flora Khas
tumbuh adalah Eucalyptus, sama dengan jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah
Queensland Australia Utara (Somarwoto, 2001).
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui cara perbanyakan generatif dan
melestarikan plasma nutfah tanaman asli Kalimantan Selatan.
Manfaat
Laporan ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang ingin mempelajari
atau menambah wawasan tentang perbanyakan generatif pada biji buah kuini (Mangifera odorata).
TINJAUAN PUSTAKA
Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif tanaman
adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara
generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia
secara melimpah. Beberapa variasi biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut
menjadikan adanya teknik yang berbeda dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan
dan lama penyimpanan menjadi faktor pembatas dalam perbanyakan generatif ini.
Ada biji tanaman hutan yang langsung ditabur pada bak persemaian namun ada juga
biji tanaman hutan yang dapat disimpan datam waktu lama sebelum ditabur.
Dikenal
dua tipe yaitu:
- Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum dikecambahkan. Contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung, ulin, merbau dan lain-lain.
- Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai imba, kuini, turi dan lain-lain.
Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut perlaküan
yang berbeda baik dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat kecambah
(skarifikasi), dan penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika jenis
tanaman hutan tersebut sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka biji
segera dipanen. Setelah biji dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan adalah
penaburan di bedeng semai.
Buah Kuini (Mangifera
odorata)
Kerajaan: Plantae
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Mangifera
Spesies: M.
× odorata
Pohon
berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 (jarang hingga 20) m. Berbatang lurus
dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila
dilukai, akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun
lama kelamaan akan menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan
bila terkena kulit (Nizavanilla,
2011).
Daun
tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan
ujung daun meluncip pendek, bertangkai 3-7 cm yang pangkalnya menggembung.
Helai daun menjangat, dengan urat-urat daun yang
tampak jelas terutama di sisi bawah.
Karangan bunga dalam malai serupa piramida di
ujung ranting, 15-50 cm panjangnya, dengan banyak kuntum bunga kecil-kecil. Bunga berbilangan 5
(-6), dengan diameter sekitar 6 mm, berbau harum. Kelopak bundar telur, merah coklat atau
kehijauan, 3-4 mm panjangnya; daun mahkota bentuk lanset, 5-6 x 1,2-2 mm,
dengan pangkal kekuningan dan ujung merah jambu pucat. Tangkai sari panjangnya
sekitar 5 mm dan tangkai putik 3-5 mm.
Buah
batu berbentuk lonjong-jorong miring, lk. 10-13 x 6-9 cm, kulitnya berwarna
hijau sampai kekuningan, dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecoklatan yang
jarang-jarang. Kulit buah agak tebal, 3-4 mm, dengan daging berwarna kuning
sampai agak jingga, manis-asam,
berserat, mengandung banyak sari buah. Bau harum agak seperti terpentin, mirip
bau buah bacang.
Meski hampir serupa, buah kuini agak mudah dibedakan dari bacang yang lebih
bulat dan berkulit lebih keras dan tebal, dengan banyak bintik lentisel
berjarak agak rapat (Basri, 1998).
Sebagaimana mangga, kuini
juga populer sebagai tanaman pekarangan. Pohon ini ditanam terutama untuk
diambil buahnya, yang disukai orang karena keharumannya. Buah ini, manakala
masak, dimakan sebagai buah meja atau dijadikan campuran minuman. Mutu buah kuini
bervariasi bergantung pada kultivarnya,
yang dianggap paling baik ialah yang baunya tak begitu menyengat, manis, dengan
daging yang tak begitu berserat dan banyak sari buahnya. Inti bijinya ditumbuk
untuk dijadikan tepung, sebagai bahan pembuatan makanan sejenis dodol.
Kulit batang kuini digunakan sebagai bahan obat tradisiona l.
BAHAN DAN METODE
Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum perbanyakan tanaman ini adalah :
-
Tanah
-
Sekam padi
-
Pupuk kandang
(kotoran sapi)
-
Biji buah kuini
(Mangifera odorata)
-
Polybag
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-
Cangkul
-
Pisau/cuter
-
Sabit
-
Alat tulis
Tempat Dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dilaksanakan pada tanggal 7 Maret – 9
Mei 2011, setiap hari Senin Pukul 16.30 Wita sampai dengan selesai.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja
yang dilakukan adalah :
1.
Persiapan lahan
persemaian
2.
Persiapan media
tanam
Media yang sudah
dipersiapkan kemudian dicampur/diaduk sampai rata, dengan perbandingan volume
1:1:1 (Tanah:Pupuk Kandang:Sekam Padi)
3.
Pengisian media
tanam ke dalam polybag
4.
Perakuan/Treatment
pada biji yang sudah dipersiapkan
5.
Penanaman biji
buah kuini (Mangifera odorata)
6.
Pemeliharaan
(Penyiraman, penyulaman, pembersihan gulma dan pengendalian OPT).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Jadwal dan kegiatan
praktikum
Minggu ke
|
Hari-tanggal-bulan
|
Kegiatan
|
1
|
Senin, 7 Maret 2011
|
-
Pembersihan
tempat persemaian
-
Pembuatan
media
|
2
|
Senin, 14 Maret 2011
|
Pengisian Polybag untuk menanam biji
|
3
|
Senin, 21 Maret 2011
|
Penanaman biji buah kuini (Mangifera odorata)
|
4
|
Senin, 28 Maret 2011
|
-
Pencangkokan
tanaman kupu-kupu (Bautinia purpurea)
-
Pengamatan
biji
|
5
|
Senin, 4 April 2011
|
Pengamatan
biji
|
6
|
Senin, 11 April 2011
|
Pengamatan biji
|
7
|
Senin, 18 April 2011
|
-
Pengamatan
biji
-
Pembuatan
media stek
|
8
|
Senin, 25 April 2011
|
-
Pengamatan
biji
-
Pengisian
polybag untuk stek
-
Penyetekan/penanaman
|
9
|
Senin, 2 Mei 2011
|
Pengamatan biji
|
10
|
Senin, 9 Mei 2011
|
-
Pengamatan
biji
-
Pengamatan
stek
-
Penanaman
hasil dari pencangkokan
|
-
Hasil data pengamatan biji
Tabel 2. Pengamatan minggu ke-7 (18
April 2011)
Tanaman ke
|
Parameter yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman
|
Lebar Daun
|
Jumlah Daun
|
Panjang Daun
|
|
1
|
15
cm
|
1,8
cm
|
3
|
5
cm
|
2
|
5
cm
|
-
|
-
|
-
|
3
|
7
cm
|
1
cm
|
2
|
2,5
|
4
|
4
cm
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 3. Pengamatan minggu ke-8 (25 April 2011)
Tanaman ke
|
Parameter yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman
|
Lebar Daun
|
Jumlah Daun
|
Panjang Daun
|
|
1
|
25
cm
|
3,5
cm
|
3
|
15
cm
|
2
|
15
cm
|
1,8
cm
|
3
|
10
cm
|
3
|
20
cm
|
5
cm
|
3
|
10
cm
|
4
|
14
cm
|
1,5
cm
|
2
|
10
cm
|
Tabel 4. Pengamatan minggu ke-9 (2
Mei 2011)
Tanaman ke
|
Parameter yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman
|
Lebar Daun
|
Jumlah Daun
|
Panjang Daun
|
|
1
|
57,5
cm
|
6,3
cm
|
4
|
15
cm
|
2
|
40
cm
|
4,5
cm
|
3
|
10
cm
|
3
|
36
cm
|
4,5
cm
|
3
|
10
cm
|
4
|
57
cm
|
5
cm
|
2
|
10
cm
|
Tabel 5. Pengamatan minggu ke-10 (9 Mei 2011)
Tanaman ke
|
Parameter yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman
|
Lebar Daun
|
Jumlah Daun
|
Panjang Daun
|
|
1
|
60
cm
|
7,5
cm
|
4
|
24,5
cm
|
2
|
45
cm
|
4,9
cm
|
3
|
19,5
cm
|
3
|
37
cm
|
4,7
cm
|
3
|
17
cm
|
4
|
59
cm
|
6,5
cm
|
2
|
25
cm
|