10/04/13

Laporan Praktikum Perbanyakan Tanaman


PERBANYAKAN GENERATIF
(Laporan Praktikum Perbanyakan Tanaman)










Oleh
HANISA DESY ARIANI
(E1A209007)






FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Ashari, 1995).
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut Faktor geografik sebagai faktor loaf (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di muka bumi ini dapat digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau sepanjang tahun, berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau sepanjang tahun, rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan jarum hijau sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran tumbuhan berdaun lebar hijau sepanjang tahun dan masa gugur daun (Basri, 1998).
Flora di Indonesia sangatlah banyak. Hal ini pasti dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain. Berikut ini adalah pembagian wilayah persebaran flora di Indonesia.
Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan dengan Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia, sehingga disebut sebagai flora asiatis. Flora Indonesia bagian barat terdiri dari :
1.       Hutan hujan tropik yang ditandai oleh rimba belantara dengan tumbuhan yang beraneka ragam. Hutan hujan tropik yang masih lengkap memiliki ciri – ciri berdaun lebar, pohon tinggi besar, belukar – belukar tropik, serta cendawan. Wilayah ini terdapat di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
2.       Hutan musim yang merupakan daerah yang ditumbuhi flora yang menggugurkan daunnya di musim kemarau. Wilayah ini terdapat di wilayah utara Jawa.
3.       Hutan bakau yang merupakan daerah yang terdiri dari flora khas pantai, seperti rumbia, nipah dan bakau.
4.       Sabana tropik yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan tinggi. Sabana tropik ini dapat ditemui di Gayo, wilayah timur Jawa Timur, dan  Bali.
Wilayah ini memiliki berbagai jenis vegetasi, antara lain :
1.      Sabana tropik yang berada di Nusa Tenggara Barat.
2.      Steppa yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan tinggi. Steppa  banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur.
3.      Hutan bakau yang terdiri dari nipah dan bakau.
4.      Hutan pegunungan yang terdiri dari cemara dan pinus.
Wilayah ini memiliki berbagai flora yang disebut sebagai flora Asustralis, karena kesamaan flora antara wilayah Indonesia bagian timur dengan Australia. Kesamaan tersebut karena daratan ini pernah bersatu dengan daratan Australia. Flora bagian timur ini banyak terdapat di Papua. Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropik, hutan pegunungan dan lain – lain (Syafe’i, E. S, 1990).
Persebaran flora di Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.
Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul. Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan flora yang semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi geologis.
Jenis tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia meliputi hutan tropis, hutan musim,  hutan pegunungan, hutan bakau dan sabana tropis. Persebaran flora di wilayah Indonesia itu sendiri terbagi ke dalam 4 kelompok besar wilayah flora Indonesia, yaitu :
1.      Wilayah Flora Sumatra-Kalimantan
Tersebar di pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau kecil di sekitarnya (Nias, Enggano, Bangka, Belitung, Kep. Riau, Natuna, Batam, Buton dll). Contoh flora khas yang tumbuh adalah Bunga Bangkai (Raflesia Arnoldi).
2.      Wilayah Flora Jawa-bali
Tersebar di pulau Jawa, Madura, Bali dan kepulauan-kepulauan kecil disekitarnya (Kepulauan Seribu, Kep. Karimunjawa). Contoh flora khas yang tumbuh adalah pohon Burohal (Kepel).
3.      Wilayah Flora Kepulauan Wallacea
Tersebar di pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara. Contoh flora yang tumbuh adalah pohon Sagu.

4.      Wilayah Flora Papua
Meliputi wilayah pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Contoh Flora Khas tumbuh adalah Eucalyptus, sama dengan jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah Queensland Australia Utara (Somarwoto, 2001).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara perbanyakan generatif dan melestarikan plasma nutfah tanaman asli Kalimantan Selatan.
Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang ingin mempelajari atau menambah wawasan tentang perbanyakan generatif pada biji buah kuini (Mangifera odorata).






TINJAUAN PUSTAKA
Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif tanaman adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia secara melimpah. Beberapa variasi biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut menjadikan adanya teknik yang berbeda dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan dan lama penyimpanan menjadi faktor pembatas dalam perbanyakan generatif ini. Ada biji tanaman hutan yang langsung ditabur pada bak persemaian namun ada juga biji tanaman hutan yang dapat disimpan datam waktu lama sebelum ditabur.
Dikenal dua tipe yaitu:
  1. Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum dikecambahkan. Contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung, ulin, merbau dan lain-lain.
  2. Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai imba, kuini, turi dan lain-lain.
Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut perlaküan yang berbeda baik dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat kecambah (skarifikasi), dan penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika jenis tanaman hutan tersebut sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka biji segera dipanen. Setelah biji dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan adalah penaburan di bedeng semai.
Buah Kuini (Mangifera odorata)
Kerajaan: Plantae
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Mangifera
Spesies: M. × odorata
Pohon berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 (jarang hingga 20) m. Berbatang lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila dilukai, akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun lama kelamaan akan menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit (Nizavanilla, 2011).
Daun tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan ujung daun meluncip pendek, bertangkai 3-7 cm yang pangkalnya menggembung. Helai daun menjangat, dengan urat-urat daun yang tampak jelas terutama di sisi bawah.
Karangan bunga dalam malai serupa piramida di ujung ranting, 15-50 cm panjangnya, dengan banyak kuntum bunga kecil-kecil. Bunga berbilangan 5 (-6), dengan diameter sekitar 6 mm, berbau harum. Kelopak bundar telur, merah coklat atau kehijauan, 3-4 mm panjangnya; daun mahkota bentuk lanset, 5-6 x 1,2-2 mm, dengan pangkal kekuningan dan ujung merah jambu pucat. Tangkai sari panjangnya sekitar 5 mm dan tangkai putik 3-5 mm.
Buah batu berbentuk lonjong-jorong miring, lk. 10-13 x 6-9 cm, kulitnya berwarna hijau sampai kekuningan, dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecoklatan yang jarang-jarang. Kulit buah agak tebal, 3-4 mm, dengan daging berwarna kuning sampai agak jingga, manis-asam, berserat, mengandung banyak sari buah. Bau harum agak seperti terpentin, mirip bau buah bacang. Meski hampir serupa, buah kuini agak mudah dibedakan dari bacang yang lebih bulat dan berkulit lebih keras dan tebal, dengan banyak bintik lentisel berjarak agak rapat (Basri, 1998).
Sebagaimana mangga, kuini juga populer sebagai tanaman pekarangan. Pohon ini ditanam terutama untuk diambil buahnya, yang disukai orang karena keharumannya. Buah ini, manakala masak, dimakan sebagai buah meja atau dijadikan campuran minuman. Mutu buah kuini bervariasi bergantung pada kultivarnya, yang dianggap paling baik ialah yang baunya tak begitu menyengat, manis, dengan daging yang tak begitu berserat dan banyak sari buahnya. Inti bijinya ditumbuk untuk dijadikan tepung, sebagai bahan pembuatan makanan sejenis dodol. Kulit batang kuini digunakan sebagai bahan obat tradisiona l.





BAHAN DAN METODE
Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum perbanyakan tanaman ini adalah :
-          Tanah
-          Sekam padi
-          Pupuk kandang (kotoran sapi)
-          Biji buah kuini (Mangifera odorata)
-          Polybag
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-          Cangkul
-          Pisau/cuter
-          Sabit
-          Alat tulis
Tempat Dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dilaksanakan pada tanggal 7 Maret – 9 Mei 2011, setiap hari Senin Pukul 16.30 Wita sampai dengan selesai.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan adalah :
1.      Persiapan lahan persemaian
2.      Persiapan media tanam
Media yang sudah dipersiapkan kemudian dicampur/diaduk sampai rata, dengan perbandingan volume 1:1:1 (Tanah:Pupuk Kandang:Sekam Padi)
3.      Pengisian media tanam ke dalam polybag
4.      Perakuan/Treatment pada biji yang sudah dipersiapkan
5.      Penanaman biji buah kuini (Mangifera odorata)
6.      Pemeliharaan (Penyiraman, penyulaman, pembersihan gulma dan pengendalian OPT).











HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Jadwal dan kegiatan praktikum
Minggu ke
Hari-tanggal-bulan
Kegiatan
1
Senin, 7 Maret 2011
-    Pembersihan tempat persemaian
-    Pembuatan media
2
Senin, 14 Maret 2011
Pengisian Polybag untuk menanam biji
3
Senin, 21 Maret 2011
Penanaman biji buah kuini (Mangifera odorata)
4
Senin, 28 Maret 2011
-   Pencangkokan tanaman kupu-kupu (Bautinia purpurea)
-   Pengamatan biji
5
Senin, 4 April 2011
Pengamatan biji
6
Senin, 11 April 2011
Pengamatan biji
7
Senin, 18 April 2011
-   Pengamatan biji
-   Pembuatan media stek
8
Senin, 25 April 2011
-   Pengamatan biji
-   Pengisian polybag untuk stek
-   Penyetekan/penanaman
9
Senin, 2 Mei 2011
Pengamatan biji
10
Senin, 9 Mei 2011
-    Pengamatan biji
-    Pengamatan stek
-    Penanaman hasil dari pencangkokan



-          Hasil data pengamatan biji
Tabel 2. Pengamatan minggu ke-7 (18 April 2011)
Tanaman ke
Parameter yang diamati
Tinggi Tanaman
Lebar Daun
Jumlah Daun
Panjang Daun
1
15 cm
1,8 cm
3
5 cm
2
5 cm
-           
-           
-           
3
7 cm
1 cm
2
2,5
4
4 cm
-           
-           
-           

Tabel 3. Pengamatan minggu ke-8 (25 April 2011)
Tanaman ke
Parameter yang diamati
Tinggi Tanaman
Lebar Daun
Jumlah Daun
Panjang Daun
1
25 cm
3,5 cm
3
15 cm
2
15 cm
1,8 cm
3
10 cm
3
20 cm
5 cm
3
10 cm
4
14 cm
1,5 cm
2
10 cm





Tabel 4. Pengamatan minggu ke-9 (2 Mei 2011)
Tanaman ke
Parameter yang diamati
Tinggi Tanaman
Lebar Daun
Jumlah Daun
Panjang Daun
1
57,5 cm
6,3 cm
4
15 cm
2
40 cm
4,5 cm
3
10 cm
3
36 cm
4,5 cm
3
10 cm
4
57 cm
5 cm
2
10 cm

Tabel 5. Pengamatan minggu ke-10 (9 Mei 2011)
Tanaman ke
Parameter yang diamati
Tinggi Tanaman
Lebar Daun
Jumlah Daun
Panjang Daun
1
60 cm
7,5 cm
4
24,5 cm
2
45 cm
4,9 cm
3
19,5 cm
3
37 cm
4,7 cm
3
17 cm
4
59 cm
6,5 cm
2
25 cm