LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN
Oleh
HANISA DESY ARIANI
(E1A209007)
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan
panjatkan ke hadirat Allah SWT karena karunia dan hidayah-Nya,
kepada praktikan sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan Teknologi
Pengelolaan Media Tanam.
Kelancaran serta keberhasilan
dalam pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan sebagian pihak, oleh
karena itu pada kesempatan kali ini praktikan mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh Dosen pengajar mata kuliah
Teknologi Pengelolaan Media Tanam. Dan Kakak-kakak asisten yang telah banyak
membantu selama ini serta kerja sama dari kelompok sehingga
terselesaikannya laporan ini.
Tiada
gading yang tak retak, demikian pula dengan laporan ini. Karena itu saran dan
kritik yang membangun tetap praktikan
nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan
praktikan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Amin.
Banjarbaru,
Januari 2012
Praktikan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi tanah merupakan faktor terpenting
yang mempengaruhi penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama dalam formasi
tanah: litologi, iklim, topografi, mahluk hidup dalam waktu. Sebagian besar
tanah telah di Kalimantan berkembang pada dataran bergelombang dan pegunungan
yang tertoreh diatas batuan sedimen dan batuan beku tua.Tanah-tanah ini
berkisar dari ultisol masam yang sangat lapuk dan inceptisol muda. Di bagian
selatan dataran aluvial dan tanah gambut yang sangat luas, terus meluas sampai
ke Laut Jawa. Perluasan ini masih terus terjadi di dangkalan Kalimantan bagian
selatan, dengan endapan aluvial yang terbentuk di belakang hutan bakau pesisir
(Nurhajati Hakim, 1986).
Di daerah tropis yang lembab pelapukan
berlangsung sangat cepat, disebabkan oleh panas dan kelembaban. Karena curah
hujan yang tinggi, tanah selalu basah dan unsur-unsur pokoknya yang dapat larut
hilang proses ini disebut pelindian. Tingkat pelapukan, pelindian dan kegiatan
biologi (kerusakan bahan-bahan organik) yang tinggi merupakan ciri berbagai
tanah diKalimantan. Batuan Pulau Kalimantan miskin kandungan logam dan tanah
Kalimantan umumnya kurang subur dibandingkan dengan tanah vulkanik yang subur
di Jawa. Pelapukan sempurna yang dalam disertai dengan pelindian menghasilkan
tanah yang kesuburannya rendah di berbagai dataran rendah. Lereng yang lebih
curam mungkin lebih subur karena erosi dan tanah longsor terus membuk batuan
induk yang baru (Nurhajati Hakim, 1986).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk untuk mengetahui pengaruh erosi pada tanah. Serta pengaruhnya
terhadap bahan organik pada tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada praktikum kali ini tanahnya tergolong
tanah Ultisol. Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang
tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan
tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik.
Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH
rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama
P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala
tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan
pemberian bahan organik. Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan
mineral mudah lapuk. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisir
dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk mening- katkan pH tanah dari
sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar
Al. Untuk menaik- kan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun
pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca
dan kejenuhan basa (Barus,
A., S. Sukmana dan U. Kurnia, 1986).
Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk
pengembangan pertanian adalah kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan
hara dan bahan organik rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Berbagai kendala
tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi seperti pengapuran,
pemupukan, dan penge- lolaan bahan organik. Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan
tanaman pangan lebih banyak menghadapi kendala diban- dingkan dengan untuk
tanaman perkebunan. Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk
tanaman perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri, terutama di
Sumatera dan Kalimantan. Masalah dalam penerapan hasil-hasil penelitian
pengelolaan tanah Ultisol oleh petani adalah rendahnya pengetahuan dan sumber
pembiayaan mereka, terutama untuk pengadaan pupuk P, kapur dan pupuk kandang.
Untuk memacu pene- rapan hasil-hasil penelitian dapat memanfaatkan tenaga
penyuluh pertanian yang ada. Perlu dilakukan penelitian mengenai potensi
aplikasi hasil-hasil penelitian oleh petani untuk memantau tingkat adopsi teknologi
yang dihasilkan oleh petani (Lopulisa,
2004).
BAHAN
DAN METODE
Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
Tanah. Digunakan
sebagai bahan yang diuji
dan sebagai sampel.
Air. Untuk membasahi tanah.
Alat
Alat
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
Abney level. Di gunakan sebagai alat mengukur kelerengan.
Terusik bor. Di gunakan sebagai alat pengambilan semple tanah.
Meteran. Untuk mengukur panjang lereng.
Waktu
dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal
7 Mei 2011 pukul 16.30 WITA – selesai. Bertempat didaerah Komplek Beringin
Banjarbaru.
Prosedur
Kerja
1. Menentukan kelerengan dengan menggunakan
alat Abney Level,
2. Menghitung panjang lereng dengan alat
meteran,
3. Menentukan bentuk permukaan lereng,
4. Menentukan tebal top soil,
5. Menentukan struktur tanah,
6. Menentukan permeabilitas/drainase,
7. Menentukan bahan organic,
8. Menentukan krikil permukaan,
9. Menentukan vegetasi,
10. Menentukan bentuk erosi dan
11. Menentukan tekstur tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel
1. Hasil kelompok 1
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
2% → 10
|
2
|
Panjang lereng
|
56 m
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
Konfek = Cekung
|
4
|
Tebal top soil
|
20 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Granular)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Cepat
|
7
|
Bahan organik
|
Coklat muda
|
8
|
Krikil permukaan
|
8%
|
9
|
Vegetasi
|
Pohon, semak dan perdu
|
10
|
Bentuk erosi
|
Alur
|
11
|
Tekstur
|
Liat berpasir
|
Tabel
2. Hasil kelompok 2
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
–
|
2
|
Panjang lereng
|
–
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
–
|
4
|
Tebal top soil
|
15 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Glanular)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Cepat
|
7
|
Bahan organik
|
Coklat
|
8
|
Krikil permukaan
|
10%
|
9
|
Vegetasi
|
Pohon (Akasia dan Karamunting
|
10
|
Bentuk erosi
|
Parit
|
11
|
Tekstur
|
Pasir Berliat
|
Tabel 3. Hasil
kelompok 3
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
3,5% → 50
|
2
|
Panjang lereng
|
56 m
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
Konfek = Cekung
|
4
|
Tebal top soil
|
20 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Granular)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Sedang
|
7
|
Bahan organik
|
Hitam
|
8
|
Krikil permukaan
|
0%
|
9
|
Vegetasi
|
Pohon
|
10
|
Bentuk erosi
|
Merata
|
11
|
Tekstur
|
Pasir berliat
|
Tabel
4. Hasil kelompok 4
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
–
|
2
|
Panjang lereng
|
56 m
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
Konfek = Cekung
|
4
|
Tebal top soil
|
20 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Granular)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Lambat
|
7
|
Bahan organik
|
Kecoklatan sampai kekuningan
|
8
|
Krikil permukaan
|
0%
|
9
|
Vegetasi
|
Alang-alang, karamunting dan
akasia
|
10
|
Bentuk erosi
|
Alur
|
11
|
Tekstur
|
Liat berdebu
|
Tabel
5. Hasil kelompok 5
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
–
|
2
|
Panjang lereng
|
56 m
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
Konfek = Cekung
|
4
|
Tebal top soil
|
29 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Granuler)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Lambat
|
7
|
Bahan organik
|
Coklat kehitaman
|
8
|
Krikil permukaan
|
0%
|
9
|
Vegetasi
|
Pisang, ubi kayu dan gamal
|
10
|
Bentuk erosi
|
Endapan
|
11
|
Tekstur
|
Liat berdebu
|
Tabel
6. Hasil kelompok 6
No
|
Keterangan
|
Hasil di
lapangan
|
1
|
Kelerengan
|
–
|
2
|
Panjang lereng
|
13 m
|
3
|
Bentuk permukaan lereng
|
Datar/landai
|
4
|
Tebal top soil
|
46 cm
|
5
|
Struktur tanah
|
Remah (Granuler)
|
6
|
Permeabilitas/drainase
|
Lambat
|
7
|
Bahan organik
|
Coklat kehitaman
|
8
|
Krikil permukaan
|
35%
|
9
|
Vegetasi
|
Pohon, Rumput
|
10
|
Bentuk erosi
|
Percik
|
11
|
Tekstur
|
Pasir berlempung
|
Pembahasan
Pada praktikum tanah yang digali
bertekstur pasir berliat, liat berpasir
tanah mengandung cukup banyak pasir, namun butir tanah melekat
satu sama lain, karena adanya perekatan oleh liat, pasir dapat
dirasakan pada saat pemijatan. Dalam
kondisi kering, tanah menggumpal namun
mudah hancur, dalam kondisi basah tanah mudah sekali terdispersi. Serta pada praktikum tanah
berstruktur granular atau berbutir-butir. Konsistensinya lembab gembur dan
lembam sangat gembur. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan organik, jenis dan
jumlah kandungan koloid liat tanah dan kandungan
air tanah. Konsistensi tanah berkaitan
dengan kekuatan tubuh tanah terhadap penghancuran sehingga aplikasi deskripsi konsistensi tanah, terletak pada penentuan
cara, jenis dan ukuran alat pengolahan tanah. Serta kadar air pada tanah ialah
lembab.
Hasil praktukum
juga diketahui, pada warna tanah semakin kebawah lereng maka warna tanah
tersebut semakin gelap. Pada drainase/permeabilitasnya semakin buruk. Serta
pada struktur tanahnya semakin kebawah lereng juga semakin menggumpal. Semua
itu dikarenakan adanya pengaruh erosi pada lereng, serta pada daerah vegetasi
juga dipengaruhi oleh erosi. Sehingga pada lahan terbuka terjadi penumpukan
bahan organik, karena tanah yang berada di atas akibat tererosi maka akan
menumpuk di bawah sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan warna pada daerah
yang di atas dan daerah yang di bawah.
Terjadinya erosi
mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam struktur tanah dan tekstur tanah.
Perbedaan tersebut terdapat pada lereng, vegetasi dan lahan terbuka. Erosi juga
dapat mempengaruhi bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Pada praktikum
juga diketahui tanah tergolong tanah ultisol.
Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk
pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini
menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa
kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH rata-
rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K,
Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala
tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan
pemberian bahan organik (Lopulisa,
2004).
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi dan
indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan
akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan
kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik
tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan
perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah.
Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap
pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan
kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif
dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Barus et al, 1986).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari Praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Erosi adalah suatu
proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke
tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang
terpenting adalah disebabkan oleh air.
2. Terjadinya erosi mengakibatkan
terjadinya perbedaan dalam struktur tanah dan tekstur tanah. Perbedaan tersebut
terdapat pada lereng, vegetasi dan lahan terbuka. Erosi juga dapat mempengaruhi
bahan organik yang ada pada tanah tersebut.
3.
Pada praktikum juga diketahui tanah tergolong tanah ultisol.
Saran
Pada praktikum ini perlunya adanya ketelitian mengetahui seberapa
banyak kandungan bahan organik pada area terseebut. Serta pengaruh erosi
terhadap area tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus, A., S. Sukmana
dan U. Kurnia. 1986. Pengaruh pola tanam tumpang gilir dan berurutan terhadap
erosi dan aliran permukaan pada tanah Podsolik Merah Kuning, Kalimantan
Selatan.
Hakim,
Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lopulisa, 2004.
Tanah Ultisol.
Diakses
pada tanggal 12 Mei 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar