12/06/12

Laporan Konservasi (Agroekoteknologi)


LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN





Oleh
HANISA DESY ARIANI
(E1A209007)






PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011




KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan ke hadirat Allah SWT karena karunia dan hidayah-Nya, kepada praktikan sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan Teknologi Pengelolaan Media Tanam.
Kelancaran serta keberhasilan dalam pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan sebagian pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini praktikan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh Dosen pengajar mata kuliah Teknologi Pengelolaan Media Tanam. Dan Kakak-kakak asisten yang telah banyak membantu selama ini serta kerja sama dari kelompok sehingga terselesaikannya laporan ini.
Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan laporan ini. Karena itu saran dan kritik yang membangun tetap praktikan nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan praktikan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Amin.


Banjarbaru,   Januari 2012


Praktikan       



PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi tanah merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama dalam formasi tanah: litologi, iklim, topografi, mahluk hidup dalam waktu. Sebagian besar tanah telah di Kalimantan berkembang pada dataran bergelombang dan pegunungan yang tertoreh diatas batuan sedimen dan batuan beku tua.Tanah-tanah ini berkisar dari ultisol masam yang sangat lapuk dan inceptisol muda. Di bagian selatan dataran aluvial dan tanah gambut yang sangat luas, terus meluas sampai ke Laut Jawa. Perluasan ini masih terus terjadi di dangkalan Kalimantan bagian selatan, dengan endapan aluvial yang terbentuk di belakang hutan bakau pesisir (Nurhajati Hakim, 1986).

Di daerah tropis yang lembab pelapukan berlangsung sangat cepat, disebabkan oleh panas dan kelembaban. Karena curah hujan yang tinggi, tanah selalu basah dan unsur-unsur pokoknya yang dapat larut hilang proses ini disebut pelindian. Tingkat pelapukan, pelindian dan kegiatan biologi (kerusakan bahan-bahan organik) yang tinggi merupakan ciri berbagai tanah diKalimantan. Batuan Pulau Kalimantan miskin kandungan logam dan tanah Kalimantan umumnya kurang subur dibandingkan dengan tanah vulkanik yang subur di Jawa. Pelapukan sempurna yang dalam disertai dengan pelindian menghasilkan tanah yang kesuburannya rendah di berbagai dataran rendah. Lereng yang lebih curam mungkin lebih subur karena erosi dan tanah longsor terus membuk batuan induk yang baru (Nurhajati Hakim, 1986).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh erosi pada tanah. Serta pengaruhnya terhadap bahan organik pada tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

Pada praktikum kali ini tanahnya tergolong tanah Ultisol. Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik. Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan mineral mudah lapuk. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisir dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk mening- katkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaik- kan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa (Barus, A., S. Sukmana dan U. Kurnia, 1986).
Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian adalah kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi seperti pengapuran, pemupukan, dan penge- lolaan bahan organik. Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman pangan lebih banyak menghadapi kendala diban- dingkan dengan untuk tanaman perkebunan. Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Masalah dalam penerapan hasil-hasil penelitian pengelolaan tanah Ultisol oleh petani adalah rendahnya pengetahuan dan sumber pembiayaan mereka, terutama untuk pengadaan pupuk P, kapur dan pupuk kandang. Untuk memacu pene- rapan hasil-hasil penelitian dapat memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian yang ada. Perlu dilakukan penelitian mengenai potensi aplikasi hasil-hasil penelitian oleh petani untuk memantau tingkat adopsi teknologi yang dihasilkan oleh petani (Lopulisa, 2004).

BAHAN DAN METODE

Bahan Dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :

Tanah. Digunakan sebagai bahan yang diuji dan sebagai sampel.

Air. Untuk membasahi tanah.

Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :

Abney level. Di gunakan sebagai alat mengukur kelerengan.

Terusik bor. Di gunakan sebagai alat pengambilan semple tanah.

Meteran. Untuk mengukur panjang lereng.

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2011 pukul 16.30 WITA – selesai. Bertempat didaerah Komplek Beringin Banjarbaru.

Prosedur Kerja
1. Menentukan kelerengan dengan menggunakan alat Abney Level,
2. Menghitung panjang lereng dengan alat meteran,
3. Menentukan bentuk permukaan lereng,
4. Menentukan tebal top soil,
5. Menentukan struktur tanah,
6. Menentukan permeabilitas/drainase,
7. Menentukan bahan organic,
8. Menentukan krikil permukaan,
9. Menentukan vegetasi,
10. Menentukan bentuk erosi dan
11. Menentukan tekstur tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil kelompok 1
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
2% → 10
2
Panjang lereng
56 m
3
Bentuk permukaan lereng
Konfek = Cekung
4
Tebal top soil
20 cm
5
Struktur tanah
Remah (Granular)
6
Permeabilitas/drainase
Cepat
7
Bahan organik
Coklat muda
8
Krikil permukaan
8%
9
Vegetasi
Pohon, semak dan perdu
10
Bentuk erosi
Alur
11
Tekstur
Liat berpasir

Tabel 2. Hasil kelompok 2
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
2
Panjang lereng
3
Bentuk permukaan lereng
4
Tebal top soil
15 cm
5
Struktur tanah
Remah (Glanular)
6
Permeabilitas/drainase
Cepat
7
Bahan organik
Coklat
8
Krikil permukaan
10%
9
Vegetasi
Pohon (Akasia dan Karamunting
10
Bentuk erosi
Parit
11
Tekstur
Pasir Berliat

Tabel 3. Hasil kelompok 3
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
3,5% → 50
2
Panjang lereng
56 m
3
Bentuk permukaan lereng
Konfek = Cekung
4
Tebal top soil
20 cm
5
Struktur tanah
Remah (Granular)
6
Permeabilitas/drainase
Sedang
7
Bahan organik
Hitam
8
Krikil permukaan
0%
9
Vegetasi
Pohon
10
Bentuk erosi
Merata
11
Tekstur
Pasir berliat

Tabel 4. Hasil kelompok 4
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
2
Panjang lereng
56 m
3
Bentuk permukaan lereng
Konfek = Cekung
4
Tebal top soil
20 cm
5
Struktur tanah
Remah (Granular)
6
Permeabilitas/drainase
Lambat
7
Bahan organik
Kecoklatan sampai kekuningan
8
Krikil permukaan
0%
9
Vegetasi
Alang-alang, karamunting dan akasia
10
Bentuk erosi
Alur
11
Tekstur
Liat berdebu

Tabel 5. Hasil kelompok 5
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
2
Panjang lereng
56 m
3
Bentuk permukaan lereng
Konfek = Cekung
4
Tebal top soil
29 cm
5
Struktur tanah
Remah (Granuler)
6
Permeabilitas/drainase
Lambat
7
Bahan organik
Coklat kehitaman
8
Krikil permukaan
0%
9
Vegetasi
Pisang, ubi kayu dan gamal
10
Bentuk erosi
Endapan
11
Tekstur
Liat berdebu

Tabel 6. Hasil kelompok 6
No
Keterangan
Hasil di lapangan
1
Kelerengan
2
Panjang lereng
13 m
3
Bentuk permukaan lereng
Datar/landai
4
Tebal top soil
46 cm
5
Struktur tanah
Remah (Granuler)
6
Permeabilitas/drainase
Lambat
7
Bahan organik
Coklat kehitaman
8
Krikil permukaan
35%
9
Vegetasi
Pohon, Rumput
10
Bentuk erosi
Percik
11
Tekstur
Pasir berlempung


Pembahasan

Pada praktikum tanah yang digali bertekstur pasir berliat, liat berpasir tanah mengandung cukup banyak pasir, namun butir tanah melekat satu sama lain, ka­rena adanya perekatan oleh liat, pasir dapat dirasakan pada saat pemijatan. Dalam kondisi kering, tanah menggumpal namun mudah hancur, dalam kondisi basah tanah mudah sekali terdispersi. Serta pada praktikum tanah berstruktur granular atau berbutir-butir. Konsistensinya lembab gembur dan lembam sangat gembur. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan organik, jenis dan jumlah kandungan koloid liat tanah dan kandungan air tanah. Konsistensi tanah berkaitan dengan kekuatan tubuh tanah terhadap penghancuran sehingga aplikasi deskripsi konsistensi tanah, terletak pada penentuan cara, jenis dan ukuran alat pengolahan tanah. Serta kadar air pada tanah ialah lembab.

Hasil praktukum juga diketahui, pada warna tanah semakin kebawah lereng maka warna tanah tersebut semakin gelap. Pada drainase/permeabilitasnya semakin buruk. Serta pada struktur tanahnya semakin kebawah lereng juga semakin menggumpal. Semua itu dikarenakan adanya pengaruh erosi pada lereng, serta pada daerah vegetasi juga dipengaruhi oleh erosi. Sehingga pada lahan terbuka terjadi penumpukan bahan organik, karena tanah yang berada di atas akibat tererosi maka akan menumpuk di bawah sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan warna pada daerah yang di atas dan daerah yang di bawah.

Terjadinya erosi mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam struktur tanah dan tekstur tanah. Perbedaan tersebut terdapat pada lereng, vegetasi dan lahan terbuka. Erosi juga dapat mempengaruhi bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Pada praktikum juga diketahui tanah tergolong tanah ultisol.

Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik (Lopulisa, 2004).

Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Barus et al, 1986).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari Praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air.

2.      Terjadinya erosi mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam struktur tanah dan tekstur tanah. Perbedaan tersebut terdapat pada lereng, vegetasi dan lahan terbuka. Erosi juga dapat mempengaruhi bahan organik yang ada pada tanah tersebut.

3.      Pada praktikum juga diketahui tanah tergolong tanah ultisol.

Saran

Pada praktikum ini perlunya adanya ketelitian mengetahui seberapa banyak kandungan bahan organik pada area terseebut. Serta pengaruh erosi terhadap area tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, A., S. Sukmana dan U. Kurnia. 1986. Pengaruh pola tanam tumpang gilir dan berurutan terhadap erosi dan aliran permukaan pada tanah Podsolik Merah Kuning, Kalimantan Selatan.

Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Lopulisa, 2004. Tanah Ultisol.


Diakses pada tanggal 12 Mei 2011.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar